Semakin banyak asosiasi situasional dan personal penerjemah dengan sebuah kata atau frasa, akan semakin kompleks dan fleksibel dalam menggunakannya, dan kata atau frasa itu bagi penerjemah akan semakin tidak terasa sebagai satu satunya “sifat” seseorang atau suatu kelompok.
Kompleksitas dan fleksibilitas dalam penggunaan inilah tujuan yang harus diupayakan. Semakin kompleks dan fleksibel dalam menggunakan bahasa, Anda akan menjadi penerjemah tersumpah yang lebih baik. Namun, mengejar tujuan tersebut bukan berarti mengabaikan hubungan situasional dan personal dengan kata dan frasa, melainkan menggunakan begitu banyak kata dan frasa sampai berangsur-angsur lenyap menjadi pengetahuan bawah sadar sebutlah dengan istilah di luar-kepala.
Tujuannya adalah “menyimpan” kenangan hidup tentang ucapan dan tulisan orang lain sebanyak yang Anda mampu, tetapi penyimpanan itu harus dilakukan dalam bentuk kebiasaan linguistik.
Dengan kebiasaan linguistik, penerjemah tidak perlu menyadari keberadaan setiap memori. Memori itu “berada” di dalam kebiasaan linguistik, berfungsi penuh dan efektif bagi Anda, tetapi fungsi itu berlangsung secara bawah sadar, jauh sekali di bawah kesadaran Anda.
Bagaimana berlangsungnya “penyimpanan” itu? Kita dapat memahaminya dalam hubungannya dengan tiga jenis penalaran yang sering dikemukakan oleh para pakar, yaitu abduksi, induksi, dan deduksi. Abduksi meliputi dampak yang timbul dari kesan pertama; induksi mencakup proses tiada-henti pengembangan pola dari banyak peristiwa yang kita alami setiap hari; dan deduksi memuat kajian tentang psikologi manusia.
Dalam satu kelompok saja seorang penerjemah terkadang lebih percaya diri untuk memberikan makna pada sebuah teks atau kata meski menurut penerjemah lain itu dianggap aneh atau tidak umum. Tetapi setelah penerjemah memberikan sebuah rasionalisasi yang baik, penerjemah lain akan segera menerima dan pengguna jasa juga memberikan kepercayaan yang lebih.
Satu hari, penulis pernah dihadirkan di meja persidangan, untuk menjadi sakti ahli dari perkara kasus perselingkuhan, penulis berangkat mewakili tugas dari perusahaan jasa penerjemah tersumpah di jakarta. Disana seseorang menerjemahkan teks terhadap sebuah makna yang berbeda dengan kebanyakan, namun penulis memberikan penjelasan yang meyakinkan hakim, hingga hakim sependapat dengan pemikiran penulis.
Sebagai penerjemah dan pengelola jasa penerjemah, aktualisasi itu sangat penting dijalani setiap dan setiap saat. Karena tidak ada ruginya kita meningkatkan kemampuan menerjemah dengan cepat sekaligus dipercaya oleh banyak pengguna jasa.
Meski materi kadang memberi kita stimulus yang konkret, namun ada dalam satu situasi kita sebagai penerjemah tersumpah lebih bangga setelah menemukan makna dari sebuah kata, dimana penerjemah lain sama sekali tidak dapat menemukannya.