Indonesia merupakan sebuah negara yang menjadi penghasil nikel terbesar di dunia. Dimana dalam hal ini, Indonesia berhasil mempertahankan nikel yang sangat besar. Seperti pada tahun 2021, dimana produksi nikel mencapai angka 1 juta metrik ton atau sekitar 37,04% di dunia. Cadangan dari nikel yang ada di Indonesia ini diperkirakan bisa mencapai 21 juta metrik ton.
Dimana Maluku Utara lebih tepatnya di tambang nikel di pulau obi adalah salah satu basis tambang nikel di Indonesia yang memiliki sebuah potensi yang signifikan terhadap ekonomi RI. Menurut dari Badan Pusat Statistik, mereka mencatat, surplus dari neraca perdagangan yang ada di wilayah Maluku Utara pada bulan Januari sampai dengan Agustus 2022 adalah sebesar US$ 3,21 juta. Surplus dari perdagangan ini tentu dominasi oleh komoditi mineral seperti besi, baja, dan juga nikel yang tercatat tumbuh sebesar 10,34%. Dimana dengan potensinya yang besar ini, maka industri nikel di Indonesia dinilai perlu untuk bisa dikembangkan secara komprehensif.
Indonesia Sebagai Penghasil Nikel Terbesar Dari Tambang Nikel Di Pulau Obi
Seperti yang diketahui bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan alam terbesar. Kekayaan alam yang ada di Indonesia ini baik dari segi flora, fauna dan juga termasuk hasil tambang yang ada. Karena dikenal sebagai sebuah negeri yang terkenal dengan kekayaan alamnya dan hasil tambang Nikelnya yang berlimpah. Indonesia tentunya banyak dilirik oleh dunia, sebab nikel saat ini menjadi sebuah komoditas yang banyak sekali dicari.
Dimana di Indonesia, utamanya adalah dari tambang nikel di Pulau Obi, mereka menghasilkan nikel sebesar 72 juta ton. Dimana cadangan nikel yang dimiliki di pulau Obi ini hampir 52% dari cadangan nikel yang ada di dunia. Dengan banyaknya cadangan nikel yang dimiliki oleh Indonesia ini, tentunya banyak negara yang bergantung pada hasil tambang nikel di pulau Obi. Terlebih lagi, saat ini sedang marak produksi dari mobil listrik yang membutuhkan nikel sebagai bahan baku untuk pembuatan batrainya.
Ada banyak sekali negara di dunia yang mengandalkan ekspor nikel dari Indonesia. Hal ini karena harta jual dari nikel yang ada di Indonesia cukup murah. Sebab, Nikel di Indonesia dijual dalam keadaan yang masih mentah. Demi memaksimalkan potensi dari nikel Indonesia yang melimpah ini, pemerintah pun mengeluarkan sebuah kebijakan baru. Dimana dalam kebijakannya, mereka melarang pengeksporan bijih nikel ke luar negeri.
Cara Pemerintah Untuk Memaksimalkan Hasil Tambang Nikel Di Pulau Obi
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa tambang nikel di pulau obi adalah salah satu tempat penghasil nikel terbesar. Dimana jumlah nikel yang dihasilkan dari wilayah ini adalah sekitar 72 juta ton. Bahkan, jumlah ini hampir separuh lebih dari total nikel yang dihasilkan di dunia. Karena banyaknya jumlah yang dihasilkan oleh tambang nikel di Indonesia, tentunya ada banyak sekali negara yang bergantung pada nikel ini.
Mengetahui bahwa Indonesia memiliki potensi nikel yang sangat besar dan bahkan disebut sebagai negara penghasil harta karun terbesar. Pemerintah Indonesia pun berusaha untuk memaksimalkan potensi tersebut dengan melakukan pengolahan nikel. Setelah ekspor bijih nikel dihentikan, perusahaan tambang nikel mulai melakukan sebuah inovasi baru untuk mengelola nikel ini. Dimana, mereka menggunakan sebuah teknologi HPAL untuk mengekstrak dan memurnikan nikel berkadar rendah agar bisa menjadi nikel yang memiliki harga ekonomis.
Didalam teknologi ini, mereka akhirnya berhasil membuat sebuah produk berupa MHP. Dimana MHP yang mereka hasilkan ini kemudian diolah agar bisa menjadi bahan baku untuk mobil listrik. Nyatanya, hal ini memberikan sebuah dampak positif bagi perekonomian RI, Terutama di wilayah Maluku Utara. Disebabkan oleh hal ini, disebutkan bahwa wilayah Maluku Utara mengalami peningkatan perekonomian yang sangat besar.
Perusahaan Pengelola Tambang Nikel
Sejak dari tahun 2021 perusahaan Harita Nickel, melalui PT Halmahera Persada Lygend atau PT HPL ini telah menggunakan teknologi HPAL untuk mengolah dan memurnikan nikel kadar rendah yaitu limonite yang didapat dari Tambang nikel di pulau obi. Dimana dari proses yang dilakukan ini dihasilkan intermediate product berupa mixed hydroxide precipitate atau MHP. Produk MHP ini selanjutnya perlu diolah lebih lanjut agar bisa diperoleh logam nikel dan juga cobalt murni secara terpisah. Teknologi ini juga memungkinkan PT HPL untuk menyuplai bahan baku guna mengurangi emisi di dunia.
Bahkan, menurut dari data yang disampaikan langsung oleh Head of External Relation HARITA Nickel yaitu Stevi Thomas. Ia menyampaikan bahwa ekspor dari MHP dari perusahaan Harita Nickel ini sudah berhasil mengekspor MHP sebanyak 60 ribu ton. Dimana sebanyak 5.300 ton MHP yang diekspor ini berasal dari pemurnian bijih nikel berkadar rendah. Hal ini tentunya menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi Indonesia terutama pulau Maluku Utara dan Halmahera Selatan.
Lini Produk Pertama Dan Kedua Dari Perusahaan Harita Nickel
Menurut yang sudah disampaikan oleh Head of External Relation HARITA Nickel yaitu Stevi Thomas. Selain menyampaikan banyaknya jumlah nikel yang sudah berhasil di ekspor, beliau juga mengatakan bahwa produksi pada Lini produksi kedua ini dapat meningkatkan kapasitas produksi dari HPL menjadi sekitar 250 ribu ton per tahun.
Dimana lini dari produksi pertama dari perusahaan Harita Nickel ini sudah diresmikan sejak tahun 2021 lalu, tepatnya di bulan Juli dan juga sudah beroperasi dengan baik. Sedangkan Lini produksi yang kedua dari HPL ini, masih merupakan bagian dari fase pertama operasional. Dimana rencananya pada kuartal kedua 2022, proyek lanjutan berupa pabrik nikel sulfat akan selesai dan kemudian dapat memproduksi nikel sulfat dan kobalt sulfat. Diman semua produk ini merupakan bahan baku yang digunakan untuk baterai kendaraan listrik.
Itulah artikel yang dapat saya tuliskan terkait dengan nikel di pulau Obi, sekian terimakasih.